FILSAFAT
KOMUNIKASI
Kajian Filsafat komunikasi
A. Hakikat Filsafat Komuniaksi
Menurut Prof. Onong Uchajana Effendi ( 2003: 321),
filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman
(vestehen,Germany) secara lebih mendalam, fundamental, metologis, sitematis,
analitis, kritis, dan komprehensif teori dan proses komunikasi yang meliputi
segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan
metode-metodenya.
Bidang komunikasi, meliputi komuniaksi sosial,
organisasional, bosnis politik, internasional, komunikasi antar budaya,
pembangunan, tradisional, dan lain-lain.
Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, dan mempengaruhi.
Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, dan mempengaruhi.
Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif,
persuasif, pervasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusiawi. Metode
komunikasi, meliputi jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda,
perang urat saraf, dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikirian
yang menyatu dengan pemikiran teori komunikasi. Beberapa tokoh yang menjadi
pemikir filsafat komunikasi adalah Richard L. Lanigan, Stephen Littlejohn,
Whitney R. Mundt.
Pemikiran Richard L. Lanigan
Richard L. Lanigan secara khusus membahas analisis
filosofis atau proses komunikasi. Dalam ilmu komunikasi biasanya meletakan
beberapa titik refleksinya pada pertanyaan-pertanyaan,yaitu :
• Apa yang aku ketahui ? ( masalah ontologi atau metafisika )
• Bagaimana aku mengetahuinya ? ( masalah epistemologi )
• Apakah aku yakin ? ( masalah aksiologi )
• Apakah aku benar ? ( masalah logika )
Metafisika
Richard L. Lanigan menyatakan bahwa metafisika adalah
studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realitas. Dalam metafisika, ada
beberapa hal yang direfleksikan. Hal-hal itu adalah sifat manusia dan
hubungannya dengan alam, sifat dan fakta kehidupan manusia, problema pilihan
manusia, dan soal kebebasan pilihan tindakan manusia. Dalam hubungannya dengan
teori komunikasi, metafisika berkaitan denagn hal-hal sebagai berikut :
·
Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan
individual dengan realita dalam alam semesta.
·
Sifat dan fakta bagi tujaan, perilaku, penyebab, dan
aturan.
·
Problema pilihan, khususnya kebebasan versus
determinisme pada perilaku manusia.
Sedangkan mengenai objek metafisika ditegaskan oleh Aristoteles, yang
menyatakan ada dua, yakni :
•
Ada sebagai yang ada
Hal ini adalah yang ada itu sungguh-sungguh ada, ialah
yang dapat dirasakan oleh pancaindera. Oleh karena itu, metafisika disebut juga
ontologi.
•
Ada sebagai yang ilahi
Hal ini adalah keberadaan yang mutlak, yang sama
sekali tidak bergantung pada orang lain. ini berarti bahwa sesuatu yang ada
adalah yang seumum-umumnya dan yang mutlak, yakni Tuhan. Jadi, bertolak
belakang dari sesuatu yang pada dasarnya tidak dapat ditangkap oleh pancaindera,
karena Tuhan tidak dapat diketahui dengan menggunakan alat-alat inderawi.
Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia (a branch of
philosophy that investigates the origin, nature, methods, and limits of human
knowledge).
Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan
dan lebih mendasar lagi berkaitan dengan kriteria penilaian atas kebenaran.
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana
pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan
perencanaan yang matangdan mapan, sistematik dan logis.
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi:
• Kerangka pemikiran yang logis.
• Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran.
• Vertifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya sacara faktual
Kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi
yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional.
Hipotesis sebagai suatu deduksi dari suatu kerangka pemikiran merupakan dugaan
sementara yang untuk membuktikannya diperlukan suatu pengujian, sedangkan
vertifikasi berarti penilaian secara objektif terhadap suatu pernyataan yang hipotesis.
Laningan mengatakan bahwa, prosesnya yang progresif
dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemologi
berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran.
Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang ingin
merefleksikan cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan diperoleh. Lanigan
berpendapat bahwa aksiologi adalah studi etika dan estika.
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, Lanigan
mengatakan bahwa aksiologi, kategori keempat dari filsafat, merupakan studi
etika dan estetika. Ini berarti, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu
nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya.
Logika
Logika adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan
metode penalaran secara benar dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih
baik dan benar
Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran
secara benar (deals with study of principles and methods of correct reasoning).
Bahwa logika teramat penting dalam komunikasi, jelas karena suatu pemikiran
harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus
putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis.
Maka dapat dijelaskan bahwa pembentukan prespetif baru
didasarkan pada empat elemen di bawah, yaitu:
• Epistemologi, merupakan proses untuk mendapatkan ilmu. Hal-hal apa yang
harus diperhatikan untuk mendapatkan ilmu yang benar. Cara,teknik, dan sarana
apa yang membantu dalam memperoleh ilmu.
• Ontologi, berkaitan dengan asumsi-asumsi mengenai objek atau realitas
yang diteliti.
• Metodolagis, berkaitan dengan asumsi-asumsi mengenai bagaimana cara
memperoleh pengetahuan mengenai suatu objek pemgetahuan.
• Aksiologis berkaitan dengan posisi value judgment, etika, dan pilihan
moral peneliti dalam suatu penelitian. Kegunaan atau manfaat ilmu dalam
kehidupan masyarakat.
Pemikiran Stephen W. Littlejohn
Pemikiran Stephen W. Littlejohn
Penelaahan terhadap teori dan proses komunikasi dengan
membagi menjadi tiga tahap dan empat tema :
A. Tahap Metatheoritical;
Meta mempunyai beberapa pengertian :
- Berubah dalam posisi (changed in position)
- Di seberang, di luar atau melebihi (beyond);
- Di luar pengertian dan pengalaman manusia (trancending);
- Lebih tinggi (higher)
Teori menurut Wibur Schramm adalah “suatu perangkat
pernyataan yang saling berkaitan pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan
daripadanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada
landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku”.
B. Tahap Hipotetikal adalah tahap teori di mana tampak gambaran realitas dan pembinaan kerangka kerja pengetahuan.
C. Tahap Deskriptif, tahap ini meliputi pernyataan-pernyataan aktual
mengenai kegiatan dan penemuan-penemuan yang berkaitan dengannya.
Empat Tema dimaksud adalah :
A. Tema Epistemology (pertanyaan mengenai pengetahuan) adalah cabang
filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia.
LittleJOHN mengajukan pertanyaan : Dengan proses bagaimana timbulnya pengetahuan ? terdapat empat posisi :
LittleJOHN mengajukan pertanyaan : Dengan proses bagaimana timbulnya pengetahuan ? terdapat empat posisi :
•
Mentalisme atau rasionalisme yang menyatakan bahwa
pengetahuan timbul dari kekuatan pikiran manusia. Posisi ini menempatkan pada
penalaran manusia.
•
Empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan muncul
dalam persepsi. Melihat dunia apa yang sedang terjadi.
•
Konstruksivisme yang menyatakan bahwa orang
menciptakan pengetahuan agar berfungsi secara pragmatis dalam kehidupannya.
Percaya bahwa fenomena di dunia dapat dikonsepsikan dengan berbagai cara,
dimana pengetahuan berperan penting untuk merekayasa dunia.
•
Konstruksivisme sosial mengajarkan bahwa pengetahuan
merupakan produk interaksi simbolik dalam kelompok sosial. Realitas
dikonstruksikan secara sosial sebagai produk kehidupan kelompok dan kehidupan
budaya.
B. Tema Ontology (pertanyaan mengenai eksistensi);
Ontology adalah cabang filsafat mengenai sifat wujud
(nature of being) atau sifat fenomena yang ingin kita ketahui, dalam sosiologi
berkaitan dengan sifat interaksi sosial.
Dalam teori komunikasi tampak berbagai posisi ontologis, tetapi dapat dikelompokan menjadi dua posisi yang saling berlawanan :
Dalam teori komunikasi tampak berbagai posisi ontologis, tetapi dapat dikelompokan menjadi dua posisi yang saling berlawanan :
1. Teori
Aksional (actional theory); Bahwa orang menciptakan makna, mereka mempunyai
tujuan, mereka menentukan pilihan nyata. Berpijak pada landasan teleologis yang
menyatakan bahwa orang mengambil keputusan yang dirancang untuk mencapai
tujuan.\
2. Teori
Non-aksional (nonactional theory); Bahwa perilaku pada dasarnya ditentukan oleh
dan responsive terhadap tekanan-tekanan yang lalu. Tradisi ini dalil-dalil
tertutup biasanya dipandang tepat, interpretasi aktif seseorang dilihat dengan
sebelah mata.
C. Tema Perspective (pertanyaan mengenai focus);
Suatu teori terdapat pada fokusnya. Perspektif
berkorelasi dengan epistemology dan ontology disebabkan bagaimana teoritisi
memandang pengetahuan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perspektif teori.
Teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat
dipandang. Suatu perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara
mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu seorang
teoritikus dalam memilih apa yang akan dijadikan fokus dan apa yang akan
ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya, dan bagaimana mengkonseptualisasikan
apa yang diamati.
Empat jenis yang dinilainya memadai dalam pembahasan perspektif, yaitu :
Empat jenis yang dinilainya memadai dalam pembahasan perspektif, yaitu :
1. Perspektif
Behavioristik (behavioristic perspective); Timbul dari psikologi mazhab
perilaku atau behavioral, menekankan pada rangsangan dan tanggapan (stimulus
dan response) yang cenderung menekankan pada cara bahwa orang dipengaruhi oleh
pesan.
2. Perspektif
Transmisional (transmissional perspective); Memandang komunikasi sebagai
pengiriman informasi dari sumber kepada penerima, menggunakan gerakan model
linier dari suatu lokasi ke lokasi lain. Menekankan pada media komunikasi,
waktu dan unsur-unsur konsekuensial.
3. Perspektif
Interaksional (interactional perspective); Mengakui bahwa para pelaku
komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. Umpan balik dan efek
bersama merupakan kunci konsep.
4. Perspektif
Transaksional (Transactional perspective); Menekankan kegiatan saling beri.
Memandang komunikasi sesuatu di mana pesertanya terlibat secara aktif,
menekankan konteks, proses dan fungsi. Komunikasi dipandang situasional dan
sebagai proses dinamis yang memenuhi fungsi-fungsi individual dan social.
D. Tema Axiology (pertanyaan
mengenai nilai).
Cabang Filsafat yang mengkaji nilai-nilai. Bagi pakar
komunikasi, ada tiga persoalan aksiologis :
1. Apakah
Teori Bebas Nilai ? Ilmu klasik menganggap teori dan penelitian bebas
nilai. Ilmu pengetahuan bersifat netral, berupaya memperoleh fakta sebagaimana
tampak dalam dunia nyata. Jika ada pendirian ilmu pengetahuan tidak bebas
nilai, karena karya peneliti dipandu oleh suatu kepentingan dalam cara-cara
tertentu dalam melaksanakan penyelidikan. Beberapa cendikiawan berpendapat
bahwa teori tidak pernah bebas nilai dalam metode dan substansinya. Para
ilmuwan memilih apa yang akan dipelajari, dan pemilihan itu dipengaruhi oleh
nilai-nilai baik personal maupun institusional.
2. Sejauh
mana pengaruh praktek penyelidikan terhadap obyek yang dipelajari ? Titik
pandang ilmiah menunjukan bahwa para ilmuwan melakukan pengamatan secara
hati-hati, tetapi tanpa interferensi dengan tetap memelihara kemurnian
pengamatan. Beberapa kritisi tetap berpendapat bahwa teori dan pengetahuan
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
3. Sejauh
mana ilmu berupaya mencapai perubahan sosial ?
Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara yang positif ? Peranan ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan perubahan yang positif.
Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara yang positif ? Peranan ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan perubahan yang positif.
Jadi secara keseluruhan, persoalan aksiologis ini terdapat dua posisi umum,
yaitu :
1. Ilmu
yang sadar nilai (value-conscious) mengakui pentingnya nilai bagi penelitian
dan teori secara bersama berupaya untuk mengarahkan nilai-nilai kepada tujuan
positif.
2. Ilmu
yang bernilai netral (value-neutral) percaya bahwa ilmu menjauhkan diri dari
nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol efek nilai-nilai.
Pemikiran Whitney R. Mundt
Whitney R. Mundt tidak menghitungkan filsafat
komunikasi sebagai filsafat yang sebenarnya. Filsafat komunikasi menampilkan
kekuatan media dan prinsip-fungsi media berikut hubungannya dengan negara.
Mundt dalam filsafatnya menyatakan penjelasan keterpautan pemerintah dengan
jurnalistik dimana keseimbangan kekuatan selalu bergeser (Onong: 2003).
Menurut Mundt, pers terbagi menjadi empat, yaitu :
•
Teori authoritarian pers adalah pelayan negara.
Peranannya tidak usah dipertanyakan, karena merupakan filsafat kekuasaan mutlak
dari pemerintah suatu kerajaan. Perintisnya adalah Hobbes, Hegel dan
Machiavelli. Negara-negara contohnya adalah Iran, Paraguay dan Nigeria.
•
Teori libertarian, media tidak bisa tunduk kepada
pemerintah, tetapi harus bebas otonom, bebas untuk menyatakan ideanya tanpa
rasa takut diintervensi pemerintah. Perintisnya adalah Locke, Milton dan Adam
Smith. Negara-negara contohnya adalah AS, Jepang dan Jerman Barat.
•
Teori Social Responsibility, merupakan modifikasi atau
perkembangan dari teori libertarian, tetapi berbeda dengan akarnya; fungsi pers
adalah sebagai media untuk mendiskusikan konflik. Perbedaan lainnya ialah pers
tanggungjawab sosial diawasi oleh opini komunitas, kegiatan konsumen dan etika
profesional. Beberapa negara cenderung menganut teori ini, termasuk AS.
•
Teori Soviet Communist dikatakan bahwa pers Uni Soviet
melayani partai yang sedang berkuasa dan dimiliki oleh negara. Orang-orang
soviet mengatakan bahwa persnya bebas untuk menyatakan kebenaran, sedangkan
pers dengan apa yang dinamakan sistem liberal dikontrol oleh kepentingan bisnis.
Prespektif Ilmu Komunikasi
Prespektif dalam Ilmu Komunikasi terbagi empat prespektif, yaitu :
1. Mekanistis
Mekanistis
merupakan bidang Ilmu fisika, Model ini menggambarkan suatu proses yang
dinamis. Pesan ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Hubungan
antara encoding dan decoding layaknya sumber (encoder) dengan penerima
(decoder) yang mempengaruhi satu sama lain.
Pada tahap berikutnya, penerima (encoder) dan sumber (decoder), Interpreter berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan.
Model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sama (sederajat).
Pada tahap berikutnya, penerima (encoder) dan sumber (decoder), Interpreter berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan.
Model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sama (sederajat).
2. Psikologi
Perspektif
Psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan perhatiannya pada individu
(si komunikator atau penafsir) baik secara teoritis maupun empiris. Secara
lebih spesifik lagi, yang menjadi fokus utama dari komunikasi adalah mekanisme
internal penerimaan dan pengolahan informasi. Unsur-unsur perantara dari
behaviorisme S-O-R dan psikologi kognitif, cenderung untuk mendominasi usaha
penelitian para ilmuwan komunikasi yang mempergunakan perspektif psikologis.
Komponen-komponen Perspektif Psikologis. Orientasi Source-Response cukup menonjol dalam perspektif psikologis tentang komunikasi manusia. Perspektif ini menganggap bahwa manusia berada dalam suatu medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan informasi. Di sekeliling setiap orang terdapat arus stimuli yang hampir tidak terbatas jumlahnya, semuanya dapat diproses melalui organ-organ indra penerima, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan rasa. Semua stimulus ini bersaing untuk diterima karena banyaknya sehingga jumlahnya melebihi kapasitas manusia untuk menerima dan mengolahnya.
Komponen-komponen Perspektif Psikologis. Orientasi Source-Response cukup menonjol dalam perspektif psikologis tentang komunikasi manusia. Perspektif ini menganggap bahwa manusia berada dalam suatu medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan informasi. Di sekeliling setiap orang terdapat arus stimuli yang hampir tidak terbatas jumlahnya, semuanya dapat diproses melalui organ-organ indra penerima, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan rasa. Semua stimulus ini bersaing untuk diterima karena banyaknya sehingga jumlahnya melebihi kapasitas manusia untuk menerima dan mengolahnya.
Manusia yang
sedang berkomunikasi tidak hanya menerima stimuli akan tetapi ia pun
menghasilkan stimuli. Sama sebagaimana halnya dengan konsep sumber atau
penerima dalam model mekanistis, dalam model psikologis manusia ditandai
sebagai makhluk yang memiliki fungsi ganda menghasilkan dan menerima stimuli,
jadi manusia adalah seorang komunikator atau penafsir stimuli informasional.
Ketika si penafsir menyerap stimuli, ia secara otomatis mengolahnya melalui berbagai filter konseptual. Filter ini merupakan keadaan internal dari organisme manusia. Filter tidak dapat diamati secara langsung sebagai keadaan internal, akan tetapi dianggap sangat mempengaruhi peristiwa komunikatif. Filter dapat digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif, dorongan, citra, kognisi, konsep diri, tanggapan, orientasi, set, atau sejumlah konstruk hipotesis lainnya.
Ketika si penafsir menyerap stimuli, ia secara otomatis mengolahnya melalui berbagai filter konseptual. Filter ini merupakan keadaan internal dari organisme manusia. Filter tidak dapat diamati secara langsung sebagai keadaan internal, akan tetapi dianggap sangat mempengaruhi peristiwa komunikatif. Filter dapat digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif, dorongan, citra, kognisi, konsep diri, tanggapan, orientasi, set, atau sejumlah konstruk hipotesis lainnya.
Setelah menyaring stimuli
komunikatif, komunikator merespons stimuli itu dengan menghasilkan stimuli
tambahan, yang kemudian ditambahkan kepada medan stimulus sebagai respons
perilaku. Respons itu, juga merupakan seperangkat stimulus informasi yang
terstruktur yang dikenal sebagai isyarat dan simbol yang dihasilkan oleh
komunikator dan dapat dipengaruhi oleh respons diskriminatif berikutnya oleh
penafsir lainnya.
Respons tidak
seluruhnya dapat diobservasi secara langsung. Ada bagian-bagian tertentu dari
respons itu yang tetap tersembunyi dan karenanya tidak dapat dilihat dalam
peristiwa komunikatif.
3. Interaksional
Sejarah
Munculnya Perspektif Interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia
yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal
sebagai interaksi simbolis. Interaksi simbolis secara relatif merupakan
pendatang baru dalam studi komunikasi manusia, dengan asal historisnya hanya
bermula dari abad ke-19 yang lalu. Namun pengaruh interaksi simbolis ini bahkan
tumbuh lebih belakangan lagi daripada itu.
Fisher (1986)
menyebutkan, Goerge Herbet Mead, umumnya dipandang sebagai tokoh utama di
kalangan penganut interaksionisme terdahulu. Pernyataan pokok dari
interaksional aliran Mead: Mind, Self, and Society (1934), merupakan salah satu
dari keempat buku yang mencantumkan nama sebagai pengarang, yang diterbitkan
sebagai penghormatan setelah ia wafat oleh bekas para mahasiswanya. Keempat
buku tersebut terdiri dari suntingan, kumpulan, catatan perkuliahan Mead,
berkas–berkas lama, karangan–karangan singkat yang tidak diterbitkan, dan
lain–lainnya yang dapat dikumpulkan oleh mereka.
Sejaman dengan
Mead, banyak pula penganut paham interaksionisme simbolis, seperti Charles H.
Cooley, William I. Thomas, William James, John Dewey, James M. Baldwin, dan
Elsworth Fairs. Namun demikian hanya Mead yang meninggalkan filosofis yang
sifatnya relatif komprehensif dan sistematis. Oleh karena itulah, Mead yang
dipandang sebagai orang pertama yang menjelaskan doktrin filsafat
intraksionisme simbolik.
Karakteristik Interaksionisme
dalam perspektif Interaksional terdikri dari:
1. Hakikat
“Diri”. Persperktif interaksional menonjolkan keagungan dan nilai individu
diatas nilai segala pengaruh yang lainnya. Manusia dalam dirinya memiliki
esensi kebudayaan, saling berhubungan, masyarakat, dan buah pikiran. Tiap
bentuk interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri
manusia. Inilah karakteristik utama dari seluruh perspektif ini. Dalam setiap
diri individu, perwujudan “diri” mununjukkan eksistensi “saya” (“I”) dan “aku”
(“me”).
2. Hakikat
Lambang. Mead menggambarkan bahwa arti lambang sepenuhnya tergantung pada
kemampuan individu dalam menempatkan dirinya dalam peranan “orang lain” itu
umumnya warga masyarakat yang lebih luas dan bertanya pada dirinya sendiri
bagaimana kiranya “orang lain” akan memberikan respon seandainya ia berada pada
situasi yang sama (fenomena ini dinamakan “pengambilan peran”).
3. Hakikat
Tindakan Manusia. Perspektif interaksional memungkinkan individu untuk melihat
dirinya sendiri sebagaimana orang-orang lain melihat padanya. Supaya menjadi
objek penafsiran diri, maka diri (the self) harus meninggalkan dirinya (self)
untuk melakukan penafsiran itu; yakni, individu mengasumsikan proses penafsiran
orang lain itu (disebut sudut pandang) agar dapat menentukan aku (the self)
tadi. Jadi, si individu tersebut mengambil peran orang lain “Orang lain”
tertentu di luar dirinya dan terlihat dalam penafsiran persis seperti apa yang
akan ia lakukan terhadap setiap objek lain, baik objek fisik maupun
sosial.
4. Hakikat
Tindakan Sosial. Ciri yang penting dari tindakan sosial adalah penjelasan
mengapa tindakan kolektif itu terbentuk. Tindakan secara kolektif bukanlah
produk dari kekuatan ataupun pengaruh lingkungan akan tetapi secara langsung
disebabkan individu-individu menyelaraskan atau “mencocokkan” tindakan mereka
dengan tindakan individu orang lain.
5. Perspektif
Pragmatis
Perspektif
Pragmatis merupakan yang terbaru dari empat perspektif yang ada dalam
komunikasi. Hampir seluruh perkembangannya bermula dari penerbitan buku
Pragmatic of Human Communication tahun 1967 oleh Watzlawick, Beavin dan
Jackson. Perspektif pragmatis tentang komunikasi manusia didasarkan pada asumsi
pokok teori sistem dan teori informasi. Perspektif ini merupakan aplikasi yang
sesuai dari teori sistem pada komunikasi manusia dan jelas merupakan
perkembangan baru yang berbeda untuk penelitian komunikasi manusia.
Prinsip-Prinsip
Pragmatika Sekalipun istilah pragmatika berasal dari studi semiotics, namun
perspektif pragmatis tidak memiliki hubungan dengan semiotics untuk
prinsip-prinsip teoritis/filosofisnya. Prinsip-prinsipnya secara langsung lebih
banyak berasal dari teori sistem umum (general system theory), campuran,
multidisipliner dari asumsi, konsep dan prinsip-prinsip yang berusaha
menyediakan kerangka umum bagi studi berbagai jenis fenomena-fisika, biologi
dan sosial
Tinjauan Teoritis dan Filosofis Ilmu
Komunikasi
Kronologi
perkembangan ilmu komunikasi dimulai saat Johann Guternberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1455 ,
kemudian terus berkembang dengan diciptakannya koran , telepon , telegram, dan
alat penunjang proses komunikasi lainnya . Bahkan teknmologi tercanggih saat
ini adalah berupa internet dimana kita bisa mengakses berbagai informasi yang
jangkauannya bahkan dapat sampai seluruh dunia.
Sebuah ilmu
komunikasi dikatakan berkembang adalah ketika ilmu tersebut mulai dirasakan
masyarakat demi kepentingan publik.
Dalam ilmu
komunikasi terdapat dua aliran :
- Aliran krisis
Aliran krisis merupakan aliran
yang lebih mengedepankan unsur-unsur filosofis dan teori-teori komunikasi.
- Aliran empiris
Aliran ini lebih berfokus pada
pandangan mikro tentang media, atas pemikiran bahwa media massa dapat membenahi
persoalan-persoalan sosial untuk suatu perubahan sosial.
Pemahaman yang perlu di dalam
melihat perkembangan ilmu komunikasi :
- pertumbuhan
ilmu komunikasi sama sekali tidak bisa lepas dari pengaruh pemikiran
tokoh-tokoh di luar ilmu komunikasi.
- pengaruh pemikiran yang merambah ke
ilmu-ilmu sosial dan politik kemudian menjangkau ke ilmu komunikasi menjadikan
ilmu komunikasi mau tidak mau harus bersifat multi disipline.
Filosofis ilmu
komunikasi menurut Fisher (1986:17) adalah ilmu yang mencakup segala aspek dan
bersifat eklektif yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963:2) sabagai jalan
simpang yang ramai , semua disiplin ilmu melintasinya . Sedangkan Berger and
Chaffe (1983:17) menerangkan bahwa ilmu komunikasi adalah mencari untuk
memahami mengenai produksi , pemrosesan , dan efek dari simbol serta sistem
signal, dengan pengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi
guna menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan
efeknya .
Sebuah teori komunikasi harus
memiliki empat elemen dasar :
1. Philosophical Assumptions ( asumsi filosofis)
Asumsi filosofis diperlukan untuk
mengetahui makna dari setiap kata yang dikaji dalam ilmu komunikasi.
2. Concepts (konsep)
Konsep merupakan pengekspresikan
sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan
fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan.
3. Explanations
(penjelasan)
Dalam mempelajari suatu ilmu pasti
memerlukan penjelasan yang konkrit disertai dengan bukti-bukti yang nyata agar
ilmu tersebut tidak diragukan lagi kebenarannya.
4. Principles (prinsip)
Merupakan suatu prinsip yang
dipegang oleh ilmu komunikasi itu sendiri , prinsip ini digunakan
untuk pedoman dalam mencari referensi untuk menjadikan ilmu komunikasi
lebih berbobot.
Menurut Rosengreen (1983),
setidaknya ada tiga paradigma besar yang melatarbelakangi perkembangan teori
dan penelitian studi komunikasi, antara
lain :
1. Paradigma klasik—yang menyangkut positivisme dan post-positifisme
Paradigma klasik percaya bahwa
realitas yang ada di lingkungan sekitar sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Perspektif positivisme dapat diartikan sebagai penyamarataan suatu ilmu dengan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan post-positifisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan
kebenaran-kebenaran positivisme.
2. Paradigma kritis
Paradigma kritis dalam menangkap
suatu hal tidak hanya mau menjelaskan,melainkan juga akan mempertimbangkan,
merefleksikan, menata realitas sosial dan berfikir kritis berdasarkan
teori-teori yang telah ada.
3. Paradigma konstruktifis.
Paradigma konsruktifis adalah
penjelasan paling sesuai untuk menghuraikan fenomena yang diperhatikan.
Perbedaan ketiga paradigma
tersebut setidaknya mencakup empat dimensi yaitu (Dedy N. Hidayat, Ph.D dalam
Jurnal ISKI. April 1999. hal 35):
1.
Epistemologi yang antara lain menyangkut asumsi mengenai
hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam proses untuk memperoleh
pengetahuan mengenai obyek yang diteliti.
2.
Ontologis yang antara lain berkaitan dengan asumsi mengenai
obyek dan realitas sosial yang diteliti.
3.
Metodologis yang berisi asumsi-asumsi mengenai cara
memperoleh pengetahuan mengenai suatu obyek penelitian.
4.
Aksiologis yang berkaitan dengan posisi value judgments, etika dan
pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian.

0 komentar:
Post a Comment